hello gan,.LAMKOMSEL,sebelumnya saya ucapkan terimakasih nih dah mau mampir.,heheh
ukey deh langsung to point ,untuk saudara-saudara sebangsa dan setanah air,,yang masih bingung dan butuh refrensi untuk membuat makalah.gak usah bingung lagi deh.,! nih ,saya posting CONTOH MAKALAH TENTANG"PERANAN PANCASILA DALAM MENGAHADAPI PENGARUH GLOBALISASI". boleh COPAS,boleh di-Print dan lain-lain.HAHa
ukey deh langsung to point ,untuk saudara-saudara sebangsa dan setanah air,,yang masih bingung dan butuh refrensi untuk membuat makalah.gak usah bingung lagi deh.,! nih ,saya posting CONTOH MAKALAH TENTANG"PERANAN PANCASILA DALAM MENGAHADAPI PENGARUH GLOBALISASI". boleh COPAS,boleh di-Print dan lain-lain.HAHa
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya, sehingga makalah ini yang berjudul “ PERANAN
PANCASILA DALAM MENGHADAPI PENGARUH GLOBALISASI” dapat selesai pada
waktunya.
Makalah ini diperlukan untuk memenuhi tugas
“Pendidikan Pancasila” serta diharapkan
makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah informasi mengenai pengamalan
Pancasila dalam Era Globalisasi ini,terutama bagi generasi penerus bangsa yang
nantinya akan menjadi Kader Bangsa yang
diharapkan mempunyai sikap nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. Dandtak lupa juga saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Duto Wijayanto S.pd,MA selaku dosen Pendidikan Pancasila.
Saya
sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
saya mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca sekalian. Karena
kritik dan saran pembaca sangat berarti dan dapat memotivasi saya dalam menyempurnakan
makalah saya kedepannya.
Yogyakarta, September
2012
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................
1
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................................
3
A.
LATAR BELAKANG ........................................................................................................................
3
B.
IDENTIFIKASI MASALAH ...........................................................................................................
5
BAB II RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................................
5
A.
RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................................
5
B.
TUJUAN
6
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................................................
6
A.
GLOBALISASI DAN BUDAYA .....................................................................................................
6
B.
GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN
TRADISIONAL DI INDONESIA .......................
7
C. PERUBAHAN
BUDAYA DALAM GLOBALISASI
; KESENIAN YANG BERTAHAN DAN YANG TERSISIHKAN
................................... 8
D.
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP
BUDAYA BANGSA ............................................
10
E.
TINDAKAN YANG MENDORONG TIMBULNYA
GLOBALISASI KEBUDAYAAN
DAN CARA
MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN ...............11
F. PERANAN
PANCASILA DALAM MENGHADAPI
PENGARUH
GLOBALISASI
..............................................................................................
13
BAB IV PENUTUP
.............................................................................................................................15
A. KESIMPULAN
........................................................................................................................15
B. SARAN-SARAN
...................................................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................................................16
BAB
I. PENDAHULUAN
A . LATAR BELAKANG
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam
peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan
bagian dari proses manusia global itu sendiri. Kehadiran teknologi informasi
dan komunikasi mempercepat akselerasi
proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.
Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus
dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan
kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua
puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar
lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah
diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai
sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi sering
diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai
penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan
hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara
diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan
terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan
jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan
lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada
penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia,
yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi
tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi
modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif
dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari
berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses
pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan
kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan
masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain
dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa
globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang
semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam
kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global
Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di
belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai
individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992). Proses
perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi
informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari
kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan,
seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana
dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan
dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan
terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling
mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan
gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh
terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya
rambut dan sebagainya.Globalisasi adalah sebuah keniscayaan waktu yang mau tidak mau
dihadapi oleh negara manapun di dunia. Ia mampu memberikan paksaan kepada tiap
negara untuk membuka diri terhadap pasar bebas. Hampir tiap negara mengalami
hal serupa dalam era globalisasi yang serba terbuka ini. Pihak yang diuntungkan
dalam perkembangan situasi ini tak lain adalah negara maju yang memiliki
tingkat kemapanan jauh di atas negara berkembang.Era globalisasi yang menuntut
kita untuk selalu lebih maju pada setiap zaman,menjadikan perkembangan demi
perkembangan terkadang jauh dari sebuah keteraturan. Banyaknya terjadi kasus
itu hal pada dasarnya merupakan tuntutan sebuah zaman yang terus berkembang.
Dan seseorang ataupun sekelompok masyarkat tidak menginginkan ketertinggalan
dari masyarakat lain apalagi negara-negara yang lebih maju. Untuk itu pancasila
merupakan ideology terbuka yang bisa menampung perkembangan sesuai tuntutan zaman.Didalam
bidang politik yang paling jelas diterapkan pengalaman pancasila
tersebut.karena dibidang politik sangat memerlukan pancasila karena pancasila
adalah pedoman untuk bangsa ini.bidang politik kalau tidak menggunakan
pengalaman pancasila maka kurang berjalan dengan lancar.Tanpa disadari
sebenarnya saat ini bangsa Indonesia sedang terlibat dalam suatu peperangan
dalam kondisi terdesak hampir terkalahkan. Kita dapat saksikan dengan kasat
mata terpinggirkannya nilai-nilai luhur budaya bangsa seperti kekeluargaan,
gotong-royong, toleransi, musyawarah mufakat dan digantikan oleh
individualisme, kebebasan tanpa batas, sistem one man one vote dan sebagainya.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan
berbagai masalah dalam bidang kebudayaan,misalnya :
·
Hilangnya budaya asli suatu daerah
atau suatu negara.
·
Menurunnya rasa nasionalisme dan
patriotisme.
·
Hilangnya sifat kekeluargaan dan
gotong royong.
·
Kehilangan kepercayaan diri.
·
Gaya hidup kebarat-baratan (westernisasi).
BAB II. RUMUSAN MASALAH
A. RUMUSAN MASALAH
Adanya globalisasi menimbulkan berbagai masalah
terhadap eksistensi kebudayaan daerah, salah satunya adalah terjadinya
penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa,
dan terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya
massa atau adat istiadat.
Dari pengaruh globalisai itu timbul beberapa
pertanyaan dan rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain
:
1.
Apa
pengaruh globalisasi terhadap budaya di Indonesia ?
2.
Apa
tindakan yang mendorong timbulnya Globalisasi kebudayaan dan cara
mengantisipasi adanya globalisasi kebudayaan ?
3.
Bagaimana
peranan pendidikan Pancasila dalam menghadapi pengaruh globalisasi atau
pergeseran nilai ?
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan bangsa.
2. Untuk
meningkatkan kesadaran remaja agar menjunjung tinggi kebudayaan bangsa dan
tanah airnya sendiri karena kebudayaan merupakan jati diri bangsa.
3. Mengetahui
peranan Pancasila dalam menghadapi pengaruh GLOBALISASI.
4.
Agar
pembaca dapat mengambil pedoman dari nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila dalam menghadapi pengaruh Globalisasi.
BAB III PEMBAHASAN
A. GLOBALISASI DAN BUDAYA
Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak
akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia
harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh
aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai
(values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga
masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai
wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan
(Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional
kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek
kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa
tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran
orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan
seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa
Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki
kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu
bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya
dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses
komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan
menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu
kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara
maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki
dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju.
Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan
tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik,
ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai
sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan
transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap
bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan
menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon
Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami
akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami
ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan
baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran.
Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh
dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak
dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah
mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka.
Terkait dengan seni dan budaya, Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa
Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah
sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk
menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut
kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya
ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu
dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas
dengan nama globalisasi.
B. GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI INDONESIA
Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar
dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat
lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami
nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan
mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan
manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang
senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat.
Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah
berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju
perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa
Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh
luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah
yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya
soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana
nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti.. Masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti
anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Keanekaragaman
masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi
keseniannya. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai
kelompok masyarakat di Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat
khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam
masyarakat.
C. PERUBAHAN BUDAYA DALAM GLOBALISASI ; KESENIAN YANG BERTAHAN DAN YANG
TERSISIHKAN
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat
tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang
lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai
dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan
sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap
bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan
menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya
saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna
globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa
menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air.
Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang
kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu,
kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, VCD, dan DVD yang
berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita.
Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa
teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya
khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau
akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian
tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu
dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang
semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran
hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika
dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa
menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari
berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin
tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia
yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja
bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun
istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian.
Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses
industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka
kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial.
Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan
fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita
lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya,
bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses
modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah
menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan
hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak
tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya
akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang
Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi
seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang
merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya
akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai
moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang
sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami
“mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai
terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena
demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga
dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia.
Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja
dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang
tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang
mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang
telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional
“Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di
atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri,
terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak
panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk
kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan
zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu
beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang
wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap
diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan
secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun
lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan
besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional
kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian
tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap
beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu
bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
D. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BUDAYA BANGSA
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh
terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan
telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap
memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi,
Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk
melestarikan budaya negeri sendiri . Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah,
gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas.
Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak
remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading
(alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan,
remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat
ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah
tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di
televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII). Padahal kebudayaan-kebudayaan
daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata
budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah,
juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya.
Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa
indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sudah
lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak,
Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai
rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka
menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya)
dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa
Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan
Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di
film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini
disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan
dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya berpakaian remaja Indonesia
yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti
perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar
memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya
perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang
ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia . Derasnya arus
informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta `menyumbang`
bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend
dilingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat
ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat
merupakan suatu yang universal. Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan
teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki
berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia ) sehingga
terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.
E.
TINDAKAN YANG MENDORONG TIMBULNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN DAN CARA
MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah
kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat
dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995)
dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In
South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini
secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik
melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa
arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan
kultural atau konteks kultural. Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita
melihat tingkah laku aparat pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian
rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha
merubah agar sesuai dengan tuntutan pembangunan. Dalam kondisi seperti ini arti
dari kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya
lagi. Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan para
seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri
dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan. Hal ini tentu saja mengabaikan
masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti
benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar hanya
dijadikan model saja dalam pembangunan. Dengan demikian, kesenian rakyat
semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan
secara alami atau natural, karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat
akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung
lebih modern dan rasional. Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita
lihat, misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan
sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh aparat pemerintah untuk memenuhi
tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan politik pemerintah. Aparat pemerintah
di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian Betawi tersebut tidak
lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan. Untuk mengantisipasi
hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni
bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi
pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa
harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat
saat ini membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga sulit untuk
menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan
sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian
(oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut. Oleh karena itu
pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang
melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut
tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik.
Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti
saat ini adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Kita harus beradaptasi
dengannya karena banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi
komunikasi sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi
terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara masal dan merata.
Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui
media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai
budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak
budaya ini memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan
pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang
terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan
etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak
budaya ini. Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap
perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global
namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis. Globalisasi budaya yang
begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan
nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan
kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang
kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik
dsb. Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan
lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh
esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan. Akibatnya, kesenian tradisional
tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru semakin dijauhi
masyarakat. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat cukup
berat. Karena pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern
ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik
dalam menentukan kualitas maupun selera. Hal ini sangat memungkinkan keberadaan
dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh
masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari
budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif
untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para
seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai
pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi
kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau
dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja
F. PERANAN PANCASILA DALAM MENGHADAPI PENGARUH GLOBALISASI
Fenomena
Globalisasi adalah fenomena dimana batasan-batasan antar negara seakan memudar
karena terjadinya berbagai perkembangan disegala aspek kehidupan,khususnya
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan terjadinya perkembangan
berbagai aspek kehidupan khususnya dibidang IPTEK, maka manusia dapat pergi dan
berpindah ke berbagai negara dengan lebih mudah serta mendapatkan berbagai
informasi yang ada dan yang terjadi didunia. Namun fenomena Globalisasi ini
tidak selalu positif, berbagai perubahan yang terjadi akibat dari Globalisasi
sudah sangat terasa, baik itu dibidang Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, dan
Teknologi Informasi. Berbagai dampak negatif terjadi karena manusia kurang
memfilter dampak dari globalisai sehingga lebih banyak mengambil hal-hal
negatif daripada hal-hal positif yang sebenarnya bisa lebih banyak kita
dapatkan dari fenomena globalisasi. Dalam hal ini pancasila sebagai dasar
negara Indonesia haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi
Pancasila juga tidak mampu untuk menggantikan Pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia, Pancasila terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia sebagai
dasar negara, itu membuktikan bahwa Pancasila merupakan Ideologi yang sejati
untuk bangsa Indonesia.oleh karena itu tantangan di era Globalisasi yang bisa
mengancam eksistensi kepribadian bangsa, dan kini mau tidak mau,suka tidak
suka, bangsa indonesia berada di pusaran arus globalisasi Dunia. Tetapi harus
diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan Jati diri ,
kendati hidup ditengah-tengah pergaulan dunia. Hal itu tidak akan terjadi
karena kunci persoalan tersebut terletak pada pancasila sebagai pandangan hidup
dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten menjaga
nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak
baik akan tertolak dengan sendirinya secara otomatis. Cuma persoalannya, dalam
kondisi yang serba terbuka seperti ini, justru jati diri bangsa Indonesia
tengah berada pada titik Nadi. Bangsa dan rakyat indonesia kini seakan tidak
mengenal dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang
sesuai maupun yang tidak sesui semuanya ditelan secara mentah-mentah.
Nilai-nilai yang datang dari luar serta merta dinilai bagus sedangkan
nilai-nilai luhur yang telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat
seakan-akan telah usang. Dalam kondisi ini sekali lagi peran pancasila sebagai
pandangan hidup dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan
menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan
nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dengan begiu, nilai-nilai baru yang
berkembang nantinya tetap berada diatas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya
setiap bangsa didunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri
kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan
pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai suatu pedoman dalam memandang setiap
persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut. Dalam
pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang dicita-citakan
suatu bangsa.karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara,
bangsa Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang
dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan
bangsa Indonesia sendiri.
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi kesimpulan dari makalah
ini adalah bangsa dan negara Indonesia tidak bisa menghindari akan adanya
tantangan Globalisasi, akan tetapi dengan menjadikan pancasila sebagai pedoman
dalam menghadapi Globalisasi bangsa Indonesia akan tetap bisa menjaga
eksistensi dan jatidiri bangsa Indonesia.
B. SARAN – SARAN
Saran saya sebagai penulis, kepada para
pembaca diharapkan bisa tetap menjaga kepribadian bangsa dalam menghadapi
tantangan Globalisasi, serta bisa menyeleksi kemunculan Globalisasi kebudayaan
baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negatif kepada
kita. Maka daripada itu kita harus tetap berpegang teguh kepada Pancasila
sebagai dasar negara sehingga bisa membantu pembangunan dan perkembangan
negara. Insyaallah jika anda nantinya menjadi Kader bangsa yang berpedoman dan
mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila maka rasa Patriotisme
dan Nasionalisme anda akan tumbuh seiring berjalannya Jaman. Dan anda pastinya
akan menjadi Kader Bangsa yang Unggul.aminnn
DAFTAR
PUSTAKA
Kuntowijoyo,Mizan 1997.Budaya Elite
dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat
Komoditas Indonesia,
Sapardi Djoko Damono, Mizan 1997. Kebudayaan
Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan Kecil dalam Ecstasy Gaya
Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia
Fuad Hassan. Koenjaraningrat. 1990. Kebudayaan
Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Habib
Mustopo, M.1992. Ideologi Pancasila dalam Menghadapi Globalisasi dan
EraTinggal Landas. Bandungan-Ambarawa: Panitia Seminar dan Loka Karya
Nasional MKDU Pendidikan Pancasila
Dosen-dosen PTN/PTS dan Kedinasan Pada tanggal 29 – 30 September 1992.
Hardono Hadi, P. 1994.Hakikat dan Muatan Filsafat
Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Kansil, C.S.T.1971. Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Jakarta: Pradnya
Damardjati
Supadjar.1990. Konsep Kefilsafatan tentang Tuhan Menurut Alfred
Nort Whitehead. Yogyakarta: Disertasi Doktor di UGM.
Dibyasuharda.
1990.Dimensi Metafisik dalam Simbol: Ontologi mengenai Akar Simbol.Yogyakarta:
Disertasi Doktor di UGM.
Driyarkara, N.1959. Pantjasila dan Religi.
Yogyakarta: Makalah disampaikan pada Seminar Pantjasila I di
Yogyakarta tanggal 16 sampai 20 Februari
Sumber refrensi http://www.google=pengaruh
globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah.com/
http://www.opensubcriber.com/
4 komentar:
sudah berkali2 pancasila ditarik oleh ideologi dunia, dan mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara... jadi konkritnya bagaimana menjadikan pancasila sebagai ideologi itu?
thanks (y)
Terima Kasih Infonya gan, bermanfaat sekali
Terima kasih kk atas informasinya sangan berguna
Post a Comment